Sejarah Perkembangan Epidemiologi
Sejarah epidemiologi
tidak dapat dipisahkan dengan masa dimana manusia mulai mengenal penyakit
menular. Walaupun pada saat itu, sumber dan penyebab penyakit, masih dianggap
berasal dari kekuatan gaib dan roh jahat. Tetapi cukup banyk usaha pada zaman
purba yang dapay dianggap sebagai usaha untuk melawan epidemic. Umpamanya pada
kira-kira 1000 tahun SM, telah dikenal variolasi di Cina untuk melawan variola,
sedangkan orang-orang India pada saat tersebut selain menggunakan variola,
telah mengenal bahwa penyakit pes erat hubungannya dengan tikus. Sedangkan
kusta telah diketahui mempunyai hubungan erat dengan kepadatan penduduk.
Sebenarnya
epidemiologi sebagai sains yang didasarkan atas pengamatan terhadap fenomena
penyakit dalam masyarakat oleh mereka yang meyakini bahwa keadaan tersebut
merupakan suatu fenomena yang terjadi secara teratur (ordered fhenomena)
dan bukan sebagai suatu kejadian yang bertalian dengan kekuatan gaib. Telah
dikenal sejak zaman Yunani kuno seperti halnya dengan berbagai ilmu pengetahuan
lian yang telah mampu meningkatkan kesejahteraan manusia dewasa ini. Pada zaman
kejayaan yunani dan romawi kuno, telah dikenal adanya proses penularan penyakit
pada masyarakat yang sangat erat hubungannya dengan faktor lingkungan.
Ø Tokoh Sejarah Epidemiologi.
Dikenal beberapa orang yang telah mematok
sejarah penting dalam perkembangan epidemiologi, antara lain :
1. Hippocrates
Membangkitkan kesadaran atau memungkinkan
bahwa terjadinya penyakit pada manusia berkaitan dengan factor eksternal, yaitu
musim, angina, udara, air yang diminum, tanah, perilaku manusia, jenis
pekerjaan.
2. Galen (129-199)
Ahli bedah tentara Romawi ini sering
dianggap sebagai the Father of Experimental Phisiology. Dia mengajukan
konsep bahwa status kesehatan berkaitan dengan temperament. Penyakit behubungan
dengan personality type dan lifestyle factors.
3. Thomas Sydenham (1624-1689)
Orang inggris ini sering dipanggil English
Hippocrates karena pernyataannya yang menghidupkan kembali konsep factor
lingkungan (atmosfer) dari Hippocrates di tahan Inggris dan menambahkan
pentingnya merinci konsep factor lingkungan atmosfer dari Hipocrates. Kalau
Hippocrates dianggap sebagai epidemiologis pertama, justru Sydenham dianggap
sebagai the Father of Epidemiology.
4. Antonie van Leeuwenhoek (1632-1723)
Leeuwenhoek adalah seorang warga Negara
Belanda, dilahirkan di Delft, 24 Oktober 1632 dan meninggal pada tanggal 24
Agustus 1723. dia seorang ilmuwan amatir yang menemukan microskop. Penemu
bakteri dan parasit (1674) penemu spermatozoa (1677) . penemuan bakteri telah
membuka tabir suatu penyakit yang kemudian akan sangat berguna untuk analisis
epidemiologis selanjutnya.
5. Robert Koch
Dialah penemu Basil Tuberkulosis pada
tahun 1882. selain itu Koch berperan memperkenalkan Tuberkulin pada tahun 1890.
yang dianggap sebagai suatu cara pengobatan tuberculosis. Konsep tes tuberkulin
selanjutnya dikembangkan oleh Von Pirquet ditahun 1906 dan PPD diperkenalkan
oleh Siebart di tahun 1931. dewasa ini tes tuberkulin dipakai untuk mendeteksi
adanya riwayat infeksi tuberklosis sebagai perangkat diagnosis TBC pada
anak-anak. Selainitu koch juga terkenal dengan Postulat Koch, yang mengemukakan
konsep tentang cara menentukan kapan mikroorganisme dapat dianggap sebagai
penyebab suatu penyakit.
6. Max van Petternkofer
Orang jerman ini meberikan kesan
tersendiri dalam sejarah epidemiologi khususnya berkaitan dengan upaya
identifikasi penyebab suatu penyakit.
7. John Snow, 1813-1858
Nama ahli anastesi ini sudah tidak asing
dalam dunia kesehatan masyarakat sehubungan dengan upayanya yang sukses
mengatasi kolera yang melanda London. Yang perlu dicatat disini, bahwa John
Snow yang mengalisis masalah penyakit kolera mempergunakan pendekatan
pendekatan epidemiologi dengan menganalisis factor tempat, orang dan waktu. Dia
dianggap the Father of Epidemiology.
8. Percival Pott
Dia adalah seorang ahli bedah yang
melakukan pendekatan epidemiologis dalam menganalisis meningginya kejadian
kanker skrotum dikalangan pembersih cerobong asap. Dia memikirkan bahwa tentu
ada suatu factor tertentu yang berkaitan dengan kejadian kanker skrotum di
kalangan pembersih cerobong asap. Dengan analisis epidemiologinya dia berhasil
menemukan bahwa tar yang berada di cerobong asap itulah yang menjadi biang
keladinya. Dia dianggap bapak epidemiologi modern.
9. James Lind
Dia berhubungan dengan sejarah hubungan
kekurangan vitamin c dengan Scurvy (Kekurangan Vitamin C). dia dikenal sebagai
bapak Trial Klinik.
10. Dool dan Hill, 1950
R. Dool dan A.B. Hill adalah dua nama yang
berkaitan dengan ceritera hubungan merokok dan kanker paru. Keduanya adalah peneliti
pertama yang mendesain penelitian yang melahirkan bukti adanya hubungan antara
rokok dan kanker pari. Keduanya adalah pelopor penelitian dibidang epidemiologi
klinik.
Ø Perkembangan Epidemiolgi
Epidemiologi sebagai suatu ilmu berkembang
dari waktu kewaktu. Perkembangan itu dilatar belakangi oleh beberapa hal.:
1. Tantangan zaman dimana terjadi perubahan masalah dan perubahan
pola penyakit. Sewaktu jaman John Snow epidemiologi mengarahkan dirinya untuk
masalah infeksi dan wabah. Dewasa ini telah terjadi perubahan pola penyakit
kearah penyakit tidak menular. Dan epidemiologi tidak hanya diperhadapkan
dengan masalah penyakit semata, tetapi juga hal-hal lain baik yang berkaitan
langsung ataupun tidak langsung dengan penyakit/kesehatan, serta masalah non kesehatan.
2. perkembangan ilmu pengetahuan lainnya. Pengetahuan klinik
kedokteran berkembang begitu pesat disamping perkembangan ilmu-ilmu lainnya
seperti biostatistik, administrasi, dan ilmu perilaku (behavior science).
Perkembangan ilmu ini juga meiupkan angina segar untuk perkembangan
epidemiologi.
Dengan demikian terjadilah perubahan dan
perkembangan pola pikir para ahli kesehatan masyarakat dari masa kemasa. Sesuai
dengan kondisi zaman dimana mereka berada.
Khusus mengenai pandangan terhadap proses
terjadinya atau penyebab penyakit telah dikemukakan beberapa konsep/teori.
Beberapa teori tentang kausa terjadinya penyakit yang pernah dikemukakan adalah
:
1. Contagion Theory
Teori mengamukakan bahwa untuk terjadinya
penyakit diperlukan adanya kontak antara satu person dengan person lainnya.
Teori ini tentunya dikembangkan berdasarkan situasi penyakit pada masa itu,
dimana penyakit yang melanda kebanyakan adalah penyakit menular yang terjadi
akibat adanya kontak langsung. Teori ini bermula dikembangkan berdasarkan
pengamatan terhadap epidemic dan penyakit lepra di Mesir.
2. Hippocratic Theory
Menyusul Contagion Theory, para pemikir
kesehatan masyarakat yang dipelo[pori oleh Hippocrates mulai lebih mengarahkan
kausa pada suatu faktor tertentu. Hippocrates mengatakan bahwa kausa penyakit
berasal dari alam; cuaca dan lingkungan yang ditunjuk sebagai biang keladi
terjadinya penyakit .
Teori ini mampu menjawab masalah penyakit
yang ada pada waktu itu dan dipakai hingga tahun 1800-an. Kemudian ternyata
teori ini tidak mampu menjawab tantangan pelbagai penyakit infeksi lainnya yang
mempunyai rantai penularan yang lebih berbelit-belit.
3. Misamatic Theory
Hamper sama dengan Hippocratic teory,
Miasmatic theory menunjuk gas-gas busuk dari perut bumi yang menjadi kausa penyakit.
Teori ini punya arah cukup spesifik,
4. Epidemic Theory
Teori ini mencoba menghubungkan terjadinya
penyakit dengan cuaca dan faktor geografi(tempat). Suatu zat organic dari
lingkungan dianggap sebagai pembawa penyakit. Misalnya air tercemar menyebabkan
gastroenteritis. Teori ini diterapkan oleh John Snow dalam menganalisis
terjadinya diare di London.
5. Teori Kuman (Germ Theory)
Suatu kuman(mikroorganisme) ditunjuk
sebagai kausa penyakit. Teori ini sejalan dengan kemajuan di bidang teknologi
kedokteran, ditemukannya mokroskop yang mampu mengidentifikasi mikroorganisme.
Kuman dianggap sebagai penyebab tunggal penyakit. Namun selanjutnya ternyata
teori ini mendapat tantangan karena sulit diterapkan pada berbagai penyakit
kronik, misalnya penyakit jatung dan kanker, yang penyebabnya bukan kuman.
6. Teori Multikausa
Disebut juga sebagai konsep multifaktorial
dimana teori ini menekankan bahwa suatu penyakit terjadi sebagai hasil Dari
interaksi berbagai faktor. Misalnya faktor interaksi lingkungan yang berupa
faktor biologis, kimiawi dan sosial memegang peranan dalam terjadinya penyakit.
Sebagai contoh infeksi tuberklosis paru
yang disebabkan oleh invasi mycobacterium tuberclosis pada jaringan
paru, tidak dianggap sebagai penyebab tunggal terjadinya TBC. Disini TBC tidak
hanya terjadi sebagai akibat keterpaparan dengan kuman TBC semata, tertapi
secara multifaktorial berkaitan dengan faktor genetic, malnutrisi, kepadatan
penduduk dan derajat kemiskinan. Demikian pula halnya dengan kolera yang
disebabkan oleh tertelannya vibrio kolera ditambah dengan beberapa (multi)
faktor resiko lainnya. Kpekaan penjamu meningkat oleh keterpaparan berbagai
faktor; malnutrisi, perumahan padat, kemiskinan, dan genetic. Dalam kondisi
demikian seseorang menelan fibrio kolera selama terpapar dengan air tidak
bersih dan dilanjutkan dengan pengeluran toksin kolera yang meracuni lambung
sehingga terjadilan diare.
PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi merupakan
salah satu bagian dari ilmu kesehatan masyarakat (Public Healt )
yang menekankan perhatiannya terhadap keberadaan penyakit ataaupun masalah
kesehatan lainnya dalam masyarakat. Keberadaan penyakit dalam masyarakat itu
didekati oleh epidemiologi secara kuantitatif. Karena itu, epidemiologi akan
mewujudkan dirinya sebagai metode pendekatan yang banyak memberikan perlakuan
kuantitatif dalam menjelaskan masalah kesehatan.
Menurut asal katanya,
secara etimologis, epidemologi berarti ilmu mengenai kejadian yang menimpa
penduduk. Epidemiologi berasal dari bahasa yunani, dimana epi=upon,
pada atau tentang; demos = people, penduduk; dan logia = knowl-
edge, ilmu. Nama epidemiologi sendiri berkaitan dengan sejarah
kelahirannya di mana mengenai penduduk pada waktu itu hingga akhir abad 19
adalah penyakit wabah atau epidemi (penyakit yang mengenai penduduk secara
luas). Epidemiologi memberikan perhatian kepada tentang epidemi yang banyak
menelan korban kematian, dan begitulah nama epidemiologi tidak bisa dilepaskan
dengan epidemi itu sendiri.
Pada awal
perkembagannya epidemiologi mempunyai pengertian yang sempit. Di awal
sejarahnya, epidemiologi dianggap sebatas ilmu tentang epidemi. Pada
perkembangan selanjutnya hingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan sebagai
ilmu tentang distribusi (penyebaran) dan determinan (faktor penentu) masalah
kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan perencanaan (development)
dan pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah kesehatan. Dengan
demikian di sini tampak bahwa epidemilogi dimaksudkan tidak hanya mempelajari
penyakit dan epideminya saja, tetapi menyangkut masalah kesehatan secara
keseluruhan.
Sebagai ilmu yang
berkembang, epidemiologi mengalami perkembangan pengertian dan karena itu pula
mengalami modifikasi dalam batasan defenisinya. Berbagai defenisi telah
dikemukakan oleh para penulis dan para pakar yang mencurahkan waktunya dalam
epidemiologi. Beberapa di antara mereka dapat disebutkan disini.
Wade Hampton Frost
(1972), guru besar epidemilogi di school of hygiene, Universitas Jhon Hopkins
mendefinisikan epidemiologi sebagai suatu pengetahuan tentang fenomena massal (mass
phenoment) penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah (natural
history) penyakit menular . Di sini tampak bahwa pada waktu itu
penekanan perhatian epidemiologi hanya ditujukan kepada masalah penyakit
infeksi yang mengenai massa (masyarakat).
Greenwood (1934),
Professor di School of Hygiene and Tropical Medicine, London , mengemukakan
batasan epidemilogi yang lebih luas di mana dikatakan bahwa epidemiologi yang
lebih luas di mana dikatakan bahwa epidemiologi mempelajari tentang penyakit
dan segala macam kejadian penyakit yang mengenai kelompok (herd)
penduduk. Kelebihan pengertian ini adalah dengan adanya penekanan pada kelompok
penduduk yang memberikan arahan pada distribusi dan metodelogi terkait.
Kemudian Brian
Macmahon (1970), pakar epidemiologi di Amerika Serikat yang bersama Thomas F.
Pugh menulis buku Epidemiologi ; principles and method ,menyatakn bahwa
epidemiologi is the studi of the distribution and determinants of disease
frequency in man. Epidemiologi adalah studi tentang penyebaran dan penyebab
kejadian penyakit pada manusia dan mengapa terjadi distribusi semacam itu.
Walaupun defenisinya cukup tampak bahwa MacMahon menekankan epidemiologi
sebagai suatu pendekatan metodologik dalam menentukan distribusi penyakit dan
mencari penyebab mengapa tejadi sedemikian dari suatu penyakit.
Gary d. Friedman
(1974) selanjutnya dalam bukunya primer of epidemiology menuliskan bahwa
Epidemiology Is The Study Disease Occurance In Human Populations.
Batasan ini lebih sederhana dan tampak senapas dengan apa yang dikemukakan oleh
MacMohan. Dan itu pula yang kurang lebih dikemukakan oleh Andrers Ahlbom dan
Staffan Norel (1989) dalam bukunya Introduction of Modern Efidemology.
Dikatakan bahwa epidemologi adalah ilmu pengetahuan mengenai terjadinya
penyakit pada populasi manusia. Hanya saja perlu ditambahkan bahwa dalam kata
pengantarnya dia mengatakan antara lain: “sesuatu lelucon lama mengatakan bahwa
seorang ahli epidemologi adalah seorang dokter yang dapat menghitung. Dewasa
ini epidemologi telah berubah, tidak lagi sebagai wilayah dari sejumlah kecil
dokter yang berdedikasi, tetapi telah berkembang menjadi suatu disiplin riset
nyata. Ungkapan ini mengingatkan akan latar belakang sejarah epidemologi yang
semula mendapatkan perhatian dan dikembangkan oleh para dokter yang menggeluti
masalah penyakit, yang kemudian berkembang sebagai satu pengetahuan metodologi
.
KOMPONEN EPIDEMIOLOGI
Terkandung tiga
komponen penting dalam epidemologi yaitu Frekuensi, Distribusi dan Determinan.
1. Frekuensi
Merupakan upaya
melakukan kuantifikasi atau proses patologis atas kejadian untuk mengukur
besarnya kejadian/masalah serta untuk melakukan perbandingan. Setiap pengamatan
yang sistematis terhadap pola penyakit di d.alam masyarakat, dimulai dari
analisis data sekunder dan primer yang telah terkumpul.
2. Distribusi
Menunjukkan bahwa
dalam memahami kejadian yang berkaitan dengan penyakit atau masalah kesehatan.
Epidemologi menggambarkan kejadian tersebut menurut karakter/variabel orang,
tempat dan waktu. Artinya dalam penyelidikannya selalu menjawab pertanyaan
siapa yang terkena penyakit di dalam populasi serta kapan dan di mana penyyakit
tersebut terjadi. Guna menjawab pertanyaan tersebut mungkindiperlukan
perbandingan antara populasi yang berbeda dalam waktu yang sama, antara ugroup
di dalam suatu poopulasi, atau antara berbagai periode observasi. Pengetahuan
tentang distribusi penyakit diperlukan untuk menjelaskan pola penyakit serta
merumuskan hipotesis tentang kemungkinan faktor penyabab atau pencegah.
3. Determinan
Adalah faktor yang
mempengaruhi, berhubungan atau memberi resiko terhadap terjadinya
penyakit/masalah kesehatan. Merupakan kelanjutan dua komponen terdahulu, karena
pengetahuan tentang frekuensi dan distribusi penyakit diperlukan untuk menguji
hipotesis epidemologi, jadi menunjukkan faktor penyebab dari suatu masalah
kesehatan, baik yang menerangkan frekuensi, penyebaran, dan penyebab munculnya
masalah kesehatan.
Di dalam
definisi-definisi epidemologi yang diutarakan oleh para ahli di atas, tersirat
beberapa tujuan epidemologi yaitu:
1. Mengumpulkan fakta dan data
tentang berbagai masalah yang ada dalam masyarakat.
2. Menjelaskan sifat dan penyebab
masalah kesehatan tersebut.
3. Menentukan/merencanakan
pemecahan masalah serta mengevaluasi aktivitas pelaksnaannya.
4. Menggambarkan status kesehatan
penduduk, untuk menetapkan prioritas masalah dan perencanaan.
5. Mempelajari riwayat alamiyah
suatu penyakit atau masalah kesehatan, petunjuk bagi upaya pencegahan dan
mekanisme pencegahan.
6. Mempelajari penyebab/faktor
resiko suatu penyakit/masalah kesehatan.
7. Mengembangkan sistem
pengendalian dan pemberantasan penyakit dalam suatu sistem administrasi.
Epidemologi diharapkan
dapat berperan dalam pembangunan kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Hal
ini dapat dilakukan melalui kemampuan epidemologi untuk mengetahui distribusi
dan faktor-faktor penyebab masalah kesehatan damn mengarahkan intervensi yang
diperlukan. Bentuk peran itu dapat dijabarkan dalam 7 peran utama (valanis,10)
yaitu:
1. Investigasi etiologi penyakit
2. Identifikasi faktor resiko
3. Identifikasi sindrom dan
klasifikasi penyakit.
4. Melakukan diagnosis banding (differential
diagnosis) dan perencanaan pengobatan.
5. Surveilan status kesehatan
penduduk.
6. Diagnosis komunitas dan
perencanaan pelayanan kesehatan
7. Evaluasi pelayanan kesehatan
dan intervensi kesehatan masyarakat.
Selain itu Beoglehole
(WHO 1977) mengemukakan 4 peran utama epidemoogi yakni:
1. Mencari Kausa, faktor-faktor
yang mempelajari derajat kesehatan yang menyebabkan terjadinya penyakit.
2. Riwayat alamiah penyakit,
perlangsungan penyakit, bisa sangat mendadak (emergency) akut dan
kronik.
3. Deskripsi status kesehatan
masyarakat, menggambarkan proporsi menurut status kesehatan, perubahan menurut
waktu, perubahan menurut umur, dan lain-lain.
4. Evaluasi hasil intervensi ,
menilai bagaimana keberhasilan berbagai intervensi seperti promosi kesehatan,
upaya pencegahan dan pelayanan kesehatan.
Kalau ingin
dikembangkan lebih lanjut maka peran epidemologi lainnya dapat mencukupi
hal-hal berikut:
1. Mengidentifikasi masalah
kesehatan yang utama yang dihadapi masyarakat.
2. Mengetahui faktor-faktor yang
berperan dalam terjadinya maslah kesehatanatau penyakit dlam masyarakat.
3. Menyediakan data yang diperlukan
untuk perencanaan kesehatan dan pengambilan keputusan,
4. Membantu melakukan evaluasi
terhadap program kesehatan yang sedang atau telah dilakukan.
5. Mengembangkan metodologi untuk
menganalisis keadaan suatu penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau
menanggulanginya.
6. Mengarahkan intervensi yang
diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu dipecahkan.
Ruang Lingkup Epidemologi
Dari perngertian
epidemologi dan metode epidemologi, maka bentuk kegiatan epidemologi meliputi
berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik yang berhubungan dengan bidang
kesehatan maupun diluar bidang kesehatan. Bebrbagai bentuk dan jenis kegiatan
dalam epidemologi saling berhubungan satu dengan yang lainnya sehingga tidak
jarang dijumpai suatu bentuk kegiatan yang tumpah tindih. Bentuk kegiatan
epidemiologi dasar yang paling sering digunakan adalah bentuk bentyuk
epidemologi deskriptif, yakni suatu bentuk kegiatan epidemologi yang memberikan
gambaran atau keterangan tentang keadaaan serta penyebaran tingkat derajat kesehatan
dan gangguan kesehatan maupun penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu
(terutama menurut sifat karakteristik orang, waktu dan tempat).
Bentuk kegiatan
epidemologi yang erat hubungannya dengan deskriptif epidemologi adalah menilai
derajat kesehatan dan besar kecilnya maslah kesehatan yang ada dalam suatu
masyarakat tertentu. Bentuk kegiatan ini erat hubungannya dengan penyusunan
perencanaan kesehatan serta penilaian hasil kegiatan usaha pelayanan kesehatan
pada penduduk tertentu.
Perkembangan bidang
penelitian epidemiologi menunjukkan suatu konsep penelitian yang memmiliki
sasaran utamanya adalah kelompok penduduk tertentu. Walaupun pada dasarnya
bentuk penelitian ini dapat juga mengarahkan kepada berbagai penyakit dan
gangguan kesehatan pada umumya tetapi memiliki perbedaan yang sangat mendasar
dengan penelitian klinik. pada penelitian klilnik, sifat penyakit yang
dianalisis berdasarkan individu sebagai suatu kesatuan unit tersendiri, walupun
pada penelitian tersebut melibatkan kelompok penderita tertentu dalam
masyarakat, sedangkan dalam penelitian epidemiologi suatu kelompok penduduk
atau masyarakat tertentu merupakan suatu kesatuan unit yang tidak terpisahkan
walupun data diperoleh dari tiap indvidu dalam kelompok tertentu.
Dewasa ini penelitian
epidemiologi pada dasarnya dapat dibagi kedalam dua dua bentuk dasar, yakni
penelitian observasi atau pengamatan langsung terhadap kejadian alami dalam
masyarakat dalam mencari hubungan sebab akibat terjadinya gangguan keadaan
normal dalam masyarakat tersebut, serta penelitian eksperimental yang merupakan
penelitian yang didasarkan atas perlakuan tertentu terhadap objek untuk dapat
memperoleh jawaban tentang pengaruh perlakuan tersebut terhadap objek yang
diteliti. Dalam hal tersebut, populasi sasaran ditentukan secara cermat serta
setiap perubahan yang timbul merupakan akibat dari perlakuan khusus oleh pihal
peneliti.
Dalam perkembangan
selanjutnya, prinsip epidemiologi yang meliputi epidemiologi deskriptif maupun
penelitian epidemiologi, dikembangkan secara lebih luas sebagai suatu sistem
atau metode pendekatan dalam berbagai bidang kehidupan kemasyarakatan. Adapun
ruang epidemiologi yang disebutkan diatas termasuk berbagai masalah yang timbul
dalam masyarakat, baik yang berhubungan berat bidang kesehatan maupun dengan
berbagai bidang kehidupan sosial, telah mendorong perkembangan epidemiologi
dalam berbagai bidang.
1. Epidemiologi Penyakit Menular.
Untuk ini telah banyak
memberikan peluang dalam usaha pencegahan maupun penanggulangan penyakit
menular tertentu. Berhasilnya manusia dalam mengatasi berbagai gangguan
penyakit menuar dewasa ini merupakan salah satu hasil yang gemilang dari
epidemiologi. Peranan epidemiologi surveilan yang pada mulanya hanya ditujukan
pada pengamatan penyakit-penyakit menular secara seksama, ternyata telah
memberikan hasil yang cukup berarti dalam menanggulangi berbagai masalah
penyakit menular dan penyakit tidak menular.
2. Epidemiologi Penyakit Tidak
Menular
Pada saat ini sedang
berkembang pesat suatu usaha mencari berbagai faktor yang memegang peranan
dalam timbulnya berbagai masalah penyakit tidak menular seperti kanker,
penyakit sistemik serta berbagai penyakit menahun lainnya termasuk diantaranya
masalah meningkatnya kecelakaan lalu lintas dan penyalagunaan obat-obat tertentu.
Bidang ini mulai banyak digunakan terutama dengan meningkatnya masalah
kesehatan yang bertalian erat dengan berbagai gangguan kesehatan akibat
kemajuan dalam berbagai bidang, terutama dalam bidang industri yang banyak
mempengaruhi keadaan lingkungan termasuk lingkungan fisik, biologis maupun
lingkungan sosila budaya.
3. Epidemiologi Klinik
Bentuk ini merupakan
salah satu bidang epidemiologi yang sedang dikembangkan oleh para klinisi yang
bertujuan untuk dapat membekali para klinisi dan dokter tentang cara pendekatan
masalah melalui disiplin ilmu melalui epidemiologi. Dalam penggunaan
epidemiologi klinik sehari-hari, para petugas medis terutama para dokter sering
menggunakan prinsip epidemiologi dalam menangani kasus secara individual.
Mereka lebih berorientasi pada penyebab penyakit serta cara mengatasinya,
terhadap kasus secara individu yang biasanya tidak tertarik untuk mengetahui
serta menganalisis sumber penyakit, cara penularannya maupun sifat
penyebarannya dalam masyarakat. Berbagai hasil yang diperoleh dari para klinisi
tersebut, merupakan data informasi yang sangat berguna dalam analisis
epidemiologi, tetapi harus pula diingat bahwa epidemiologi bukanlah terbatas
pada data dan informasi saja tetapi merupakan suatu disiplin ilmu yang memiliki
materi pendekatan maupun bentuk penerapannya secara khusus. Dengan demikian
maka sudah sewajarnyalah apabila setiap dokter yang akan bertugas, dibekali
pengetahuan dan keterampilan khusus tentang cara pendekatan epidemiologi.
Dewasa ini para dokter
yang bekerja di puskesmas cukup banyak dibebani tugas ganda yakni selain
sebagai klinisi, mereka harus berfungsi sebagai pelaksana usaha kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya. Tugas utamanya adalah sebagai seoarng dokter
akan terganggu dengan berbagai tugas lain yang membutuhkan waktu dan tenaga,
sehingga tidak jarang dijumpai pelayanan pederita yang sangat bersifat kuratif
saja, yakni mereka secara individu akan sembuh setelah pengobatan, tetapi
kemudian mereka kembali ke lingkungan yang sama dengan kemungkinan menjadi
sakit lagi.
4. Epidemiologi Kependudukan
Bentuk ini merupakan
salah satu bentuk cabang ilmu epidemiologi yang menggunakan sistem pendekatan
ilmu epidemiologi dalam menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan denan
bidang demokrafi / kependudukan serta faktor-faktor yang mempengaruhi berbagai
perubahan demografis yang terjadi dalam masyarakat. Sistem pendekatan
epidemiologi kependudukan tersebut tidak hanya memberikan analsisi tentang
sifat karekteristik penduduk secara demografis dalam hubungannya dengan masalah
kesehatan dan penyakit dalam masyarakat, tetapi juga sangat berperanan dalam
berbagai aspek kependudukan serta keluarga berencana. Pelayanan melalui jasa,
yang erat hubungannya dengan masyarakat seperti pendidikan, dan ketenagakerjaan,
transportasi, kesejahteraan rakyat, kesempatan mendapatkan kerja, kesehatan,
pertanian maupun kepegawaian, sangat berkaitan dengan keadaan serta sifat
populasi yang dilayani. Dalam hal ini, peranan epidemiologi kependudukan sangat
penting untuk digunakan sebagai dasar dalam mengambil kebijakan dan dalam usaha
menyusun perncanaan yang baik. Dewasa ini sedang dikembangkan dan mulai
dimanfaatkan suatu bentuk epidemiologi sistem refroduksi yang erat kaitannya
dengan gerakan keluarga berencana dan kependudukan .
5. Epidemiologi Pengelolaan
Pelayanan Kesehatan
Untuk epidemiologi ini
merupakan suatu sistem pendekatan manajemen dalam menganalisis masalah, mencari
faktor penyebab timbulnya suatu masalah serta penyusunan rencana pemecahan
suatu masalah secara menyeluruh dan terpadu. Bentuk pendekatan epidemiologi
bidang manajemen dewasa ini semakin berkembang sesuai dengan pesatnya
perkembangan industri medis yang disertai dengan perkembangan dalam sistem
manajemen kesehatan dan ekonomi kesehatan termasuk sistem asuransi kesehatan.
Dalam alam kemajuan
industri medis yang cukup banyak menyerap modal dan tenaga kerja, perananan
epidemiologi manajemen dalam menganalisis jumlah biaya pengobatan serta biaya
pelayanan kesehatan lainnya merupakan hal yang cukup penting. Para ahli
epidemiologi bersama-sama dengan ahli perencanaan yang pada umumnya
berorientasi pada hasil luaran suatu proses, dapat meryupakan suatu team yang
serasi dalam menyusun suatu rencana pelayanan kesehatan yang efektif dan
efisien. Sistem pendekatan epidemiologi dalam perencanaan kesehatan sudah cukup
banyak digunakan oleh para perencana pelayanan kesehatan, baik dalam bentuk
analsis situasi dan penentuan prioritas, maupun dalam bentuk penilaian hasil
suatu kegiatan kesehatan yang bersifat umum maupun sasaran yang khusus.
6. Epidemiologi Lingkungan dan
Kesehatan kerja
Bentuk ini (occupational
and enviromental epidemiolgy) merupakan salah satu bagian epidemiologi yang
memperlajari serta menganalisi keadaan kesehatan tenaga kerja akbita pengaruh
keterpaparan pada lingkungan kerja, baik yang bersifat fisik, kimiawi,
biologis, maupun sosial budaya serta kebiasaan hidup para pekerja. Bentuk ini
sangat berguna dalam analisis tingkat kesehatan pekerja serta untuk menilai
keadaan dan lingkungan kerja serta penyakit akibat kerja.
7. Epidemiologi Kesehatan Jiwa
Bentuk ini merupakan
salah satu dasar pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa dalam
masyarakat, baik mengenai keadaan kelainan jiwa kelompok penduduk tertentu,
maupun analisis berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam
masyarakat. Dengan meningkatnya berbagai keluhan anggota masyarakat yang lebih
banyak mengarah masalah kejiwaan disertai dengan perubahan sosial masyarakat,
menuntut suatu cara pendekatan melalui epidemiologi sosial yang berkaitan dengan
epidemiologi kesehatan jiwa, mengingat pada dewasa ini gangguan kesehatan jiwa
tidak lagi merupakan masalah kesehatan individu saja, tetapi merupakan masalah
sosial masyarakat.
8. Epidemiologi Gizi
Dewasa ini banyak
digunakan didalam analisis masalah gizi masyarakat dimana masalah ini erat
hubungannya dengan berbagai faktor yang menyangkut pola hidup suatu masyarakat.
Pendekatan masalah gizi masyarakat melalui epidemiologi gizi bertujuan untuk
menganalisis berabagai faktor yang berhubungan erat dengan timbulnya masalah
gizi masyarakat, baik yang bersifat biologis, dan terutama yang berkaitan
dengan kehidupan sosial masyarakat. Penanggulangan masalah gizi masyarakat yang
disertai dengan surveilan gizi lebih mengarah kepada penanggulangan berbagai
faktor yang berkaitan erat dengan timbulnya masalah tersebut dalam masyarakat
dan tidak hanya terbatas pada sasaran individu atau lingkungan keluarga saja.
Dari berbagai contoh
ruang lingkup penggunaan epidemiologi seperti tersebut diatas lebih memperjelas
bahwa disiplin ilmu epidemiologi sebagai dasar filosofi dalam usaha pendekata
analisis masalah yang timbul dalam masyarakat, baik yang berkaitan dengan
bidang kesehatan maupun masalah lain yang erat hubungannya dengan kehidupan
masyarakat secara umum
9. Epidemiologi Perilaku
Perilaku manusia
merupakan salah satu faktor yang banyak memegang peranan dalam menentukan
derajat kesehatan suatu masyarakat. Bahkan menurut Bloom, faktor perilaku
memberikan konstribusi terbesar dalam menentukan status kesehatan individu maupun
masyarakat. Mengingat bahwa faktor penyebab penyakit lebih bersifat kompleks
sehingga dalam epidemiologi. Kita lebih banyak melakukan pendekatan faktor
resiko, maka faktor perilaku individu maupun masyarakat, seperti kebiasaan
hidup sehat inidvidu dan kepercayaan masyarakat tentang sesuatu yang
berhubungan dengan kesehatan, banyak memberikan nilai resiko yang sering muncul
dalam analisis epidemiologi tentang kejadian penyakit dalam masyarakat. Bahkan
perilaku sangat erat hubungannya dengan umur dan jenis kelamin, suku ras,
pekerjaan, status sosial dan ekonomi serta berbagai aspek kehiudapan lainnya.
Batasan epidemiologi
mencakup 3 Elemen, yakni :
a. Mencakup Semua Penyakit
Epidemiologi
mempelajarisemua penyakit, baik penyakit infeksi, maupun penyakit non infeksi,
seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecalakaan lalu lintas,
maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara
maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.
b. Populasi
Apabila kedokteran
klinik baerorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit individu
maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada
populasi (masyarakat) atau kelompok.
c. Pendekatan Ekologi
Frekuensi dan
distribusi penyakit dikaji pada latar belakang pada kesehatan keseluruhan
lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah
yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji
dari manusia dan total lingkungannya.
Terhadap masalah
kesehatan yang ada, epidemiologi memberikan pendekatan khusus, mulai dari
mengidentifikasi sampai mengevaluasi keadaan kesehatan. Ruang lingkup
epidemiologi dalam masalah kesehatan tersebut diatas dapat meliputi ‘ 6E’ yakni
:
1. Etiologi
2. Efikasi
3. Efektivitas
4. Efisiensi
5. Evaluasi
6. Edukasi
Etiologi berkaitan
dengan lingkup kegiatan epidemiologi dalam mengidentifikasi penyebab penyakit
dalam masalah kesehatan lainnya. Mislanya : etiologi dari malaria adalah
parasit
Efikasi (Efficacy)
berkaitan dengan efec dan daya optimal yang dapat diperoleh dari adanya
intervensi kesehatan . Efikasi dimaksudkan untuk melihat hasil atau efek suatu
intervensi, misalnya efikasi vaksinasi. Hal ini merupakan kemujaraban teoritis
dari suatu obat yang dapat dilakukan dengan melakukan uji klilnik (clinical
trial)
Efektvitas (efectivenees)
adalah besarnya hasil yang dapat diperoleh dari suatu tindakan (pengobatan atau
intervensi ) dan besarnya perbedaan dari suatu tindakan yang satu dengan
lainnya. Efektivitas bertujuan untuk mengetahui efek intervensi atau pelayanan
dalam berbagai kondisi lapangan yang sebenarnya yang sangat bebeda-beda. Untuk
pengobatan maka hal ini berkaitan dengan kemujaraban praktis, kenyataan khasiat
obat di klinik.
Efisiensi (efficiency)
adalah sebuah konsep ekonomi yang melihat pengaruh yang dapat diperoleh
berdasarkan biaya yang diberikan. Efisiensi ini bertujuan untuk mengetahui
keguanaan dan hasil yang diperoleh berdasarkan pengeluaran ekonomi / biaya yang
dilakukan.
Evaluasi adalah
penilaian secara keselurahan keberhasilan suatu pengobatan atau program
kesehatan masyarakat. Evaluasi melihat dan memberi nilai keberhasilan program
seutuhnya
Edukasi (Education)
adalah intervensi berupa peningkatan pengetahuan tentang kesehatan masyarakat
sebagai bagian dari upaya pencegahan penyakit. Edukasi merupakan bentuk
intervensi andalan kesehatan masyarakat yang perlu diarahkan secara tepat oleh
epidemiologi. (Hal 13-14 :1)
Manusia sebagai
makhluk sosial sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan sosial budaya dalam
usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam hal ini manusia harus selalu
berusaha untuk mengatasi berbagai pengaruh negatif yang dapat ditimbulkan
ketiga faktor tersebut dengan : (1) menyesuaikan kebutuhan hidupnya dengann keadaan
lingkungan sekitarnya terutama terhadap keadaan lingkungan yang sulit diubah,
atau (2) berusaha mengubah lingkungannya untuk disesuaikan dengan kebutuhannya,
terutama keadaan lingkungan yang dapat mengganggu ketentraman hidupnya
Dewasa in berbagai jenis
penyakit menular dan tidak menular telah dapat di atasi terutama pada
negara-negar maju, tetapi sebagian besar penduduk dunia yang mendiami belahan
dunia yang sedang berkembang masih terancam dengan berbagai penyakit tertentu
dalam hal ini maka penyakit menular dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok
utama yakni :
1. Penyakit yang sangat berbahaya
karena kematiannya cukup tinggi
2. Penyakit menular tertentu yang
dapat menimbulkan kematian atau cacat, walupun akibatnya lebih ringa dibanding
yang pertama.
3. Penyakit menular yang jarang
menimbulkan kematian atau cacat, tetapi dapat mewadah sehingga dapat
menyebabkan kerugian waktu maupun materi/ biaya. (Hal. 10: 5)
Istilah penyakit tidak
menular kurang lebih mempunyai kesamaan dengan sebutan :
a. Penyakit kronik
b. Penyakit non-infeksi
c. New communicable disease
d. Penyakit degeneratif
Kesamaan penyebutan
ini tidaklah sepenuhnya memberikan kesamaan penuh antara satu dengan lainnya.
Penyakit kronik dapat dipakai untuk penyakit tidak menular karena kelangsungan
penyakit tidak menular biasanya bersifat kronik (menahun) atau lama . namun ada
juga penyakit menular yang kelangsungannya mendadak/ akut, misalnya keracunan.
Sebutan penyakit
non-infeksi dipakai karena penyebab penyakti tidak menular biasanya bukan oleh
mikro-organisme. Namun tidak berarti tidak ada peranan miro-organisme dalam
terjadinya penyakit tidak menular. Disebut juga sebagai penyakit degeneratif
karena kejadiannya bersangkutan dengan proses degenerasi atau ketuaan sehingga
penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut. Dan karena
perlangsungannya yang lama itu pulalah yang menyebabkan penyakit tidak menular
berkaitan dengan proses degeneratif yang berlangsung sesuai dengan waktu/ umur
Sementara itu ada yang
secara populer ingin menyebutnya sebagai “new cummunicable disease”
karena penyakit ini dianggap dapat menular, melalui gaya hidup (life style).
Gaya hidup dalam dunia modern dapat menular dengan caranya sendiri, tidak
seperti penularan klasik penyakit menular yang lewat suatu rantai penularan
terntentu. Gaya hidup didalamnya dapat menyangkut pola makan, kehidupan
seksual, dan komunikasi global. Perubahan pola makan telah mendorong perubahan
peningkatan penyakit jantung yang berkaitan dengan makanan yang berlebihan atau
berkolestrol tinggi.
Berbeda dengan
penyakit yang menular, PTM mempunyai beberapa karakrestik tersendiri seperti :
a. penularan penyakit tidak
melalui sesuatu rantai penularan tertentu.
b. Masa inkubasi yang panjang
c. Berlangsungan penyakit yang
berlarut-larut (kronik)
d. Banyak menghadapi kesulitan
diagnosis
e. Mempunyai variasi yang luas
f. Memerlukan biaya yang tinggi
dalam upaya penanggulangannya
g. Faktor penyebabnya
bermacam-macam (multi kausal), bahkan tidak jelas.
Sekedar membandingkan
PTM dengan penyakit menular, dapat dilihat sebagai berikut :
Penyakit menular
|
Penyakit tidak menular
|
1. Banyak ditemui di negara berkembang
2. Rantai penularan yang jelas
3. Perlangsungan akurat
4. Etiologi mikroorganisma jelas
5. Besifat single-kausa
6. Diagnosis mudah
7. Agak mudah mencari penyebabnya
8. Biaya relatif murah
9. Jelas muncul dipermukaan
10. Morbiditas dan mortabilitasnya cenderung
menurun
|
1. Ditemui di negara industri
2. Tidak ada rantai penularan
3. Peralangsungan kronik
4. Etiologi tidak jelas
5. Biasanya multiple-kausa
6. Diagnosis sulit
7. Sulit mencari penyebabnya
8. Biaya mahal
9.aAda iceberge
fhenomen (adanya fenomena gunung es
10.Morbiditas
dan mortabilitasnya cenderung meningkat
|
Tidak ada komentar :
Posting Komentar